Pakar tata negara, Andi Irman Putra Sidin, menilai kinerja Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo masih sebatas simbolik. Masyarakat diimbau jangan tergesa-gesa memberikan penilaian berdasarkan popularitas semata.
"Masih simbolik. Populer kan karena blusukan, meninjau banjir, naik-naik ke atas rumah dan lainnya," kata Irman, Kamis (6/12/2012).
Sejak dilantik dan dikukuhkan memimpin Jakarta bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama pada 15 Oktober lalu, praktis usia kepemimpinan Jokowi baru sekitar 50 hari. Menurut Irman, masih terlalu dini menilai kinerja Jokowi dalam usia kepemimpinan yang masih sangat belia.
Ia mengatakan, waktu yang adil untuk menilai kinerja seorang pemimpin setidaknya dilakukan setelah usia jabatannya genap enam bulan. Kalaupun belum selama itu, penilaian awal dapat dilihat dari bagaimana pemimpin tersebut berkoordinasi dengan legislatif sebagai representasi dari masyarakat.
"Kalaupun mau diukur, ya bagaimana menjalin kerja sama dengan DPRD, berjalan baik atau tidak karena kinerja nggak bisa sekadar populer," ujarnya.
Seperti diketahui, selama memimpin Ibu Kota Jakarta, Jokowi lebih banyak meluangkan waktunya untuk "berbelanja" masalah, menilik permasalahan langsung dari akarnya. Hal ini membuat warga DKI terbuai seperti masa bulan madu, terlebih setelah mantan Wali Kota Solo ini resmi meluncurkan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Di luar itu, Jokowi juga memberi penyegaran di beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan mengganti pucuk kepemimpinannya, memangkas plafon anggaran di seluruh SKPD sebesar 25 persen, dan gebrakan lain terkait pembenahan birokrasi dan tata kota Jakarta.
No comments:
Post a Comment